DAMKAR JAYA 2019

Share Button

4 Replies to “”

  1. SIWAK

    Oleh : Ridwan Sain, S.IP, M.Si*)

    Api yang membara. Kita membayangkan, itu kondisi kebakaran yang besar. Dahsyat! Gumpalan asap tebal yang membubung tinggi menjulang ke langit. Api bagaikan mengamuk, apapun yang dekat akan dilalap oleh api yang seolah-olah ada yang mengendalikannya. Semua orang sibuk. Ada yang menangis. Ada yang menyelamatkan harta bendanya. Adapula yang mengambil kesempatan untuk menggarong. Banyak juga yang menonton. Bahkan tidak jarang masyarakat disekitar lokasi kebakaran, berselfi ria. Dan langsung mengirimkannya ke media sosial, bahwa telah terjadi peristiwa kebakaran. Perkembangan informasi selfi ini juga bermuatan positif, karena dengan cepat masyarakat dapat mengetahui terjadinya kebakaran disuatu wilayah. Sehingga dalam waktu singkat kerumunan masa berdatangan disekitar lokasi obyek kebakaran.

    Gambaran diatas, merupakan kondisi situasi bila terjadi kebakaran di tanah air. Kondisi itu merupakan hambatan bagi petugas Satuan Tugas Pemadam Kebakaran (Satgas DAMKAR) untuk dengan cepat meluncur ke lokasi kebakaran. Petugas juga disibukan dengan adanya masyarakat yang sibuk untuk membantu. Pada hal mereka tidak mengerti dan paham dalam menggunakan peralatan pemadam kebakaran. Sehingga petugas terganggu untuk melakukan operasi pemadaman kebakaran sesuai dengan Standar Operasional Prosedure (SOP) yang berlaku. Belum lagi kerumuman masyarakat yang menonton, yang menghambat petugas dalam memobolisasi Mobil Pemadam Kebakaran (MPK) dengan seluruh peralatan pendukungnya. Bunyi sirine mobil kebakaran yang meraung-raung, bukan membuat mereka untuk menjauh, tapi mereka semakin bersemangat, bukan untuk memberikan pertolongan, melainkan … menonton!

    Kadang kala Satuan Tugas Pemadam Kebakaran harus mengambil tindakan peringatan. Dengan menyemprotakan air kekerumunan masa. Tindakan itu terpaksa dilakukan, agar kerumuman masa yang menonton agar menjauh, agar ruang-gerak petugas dalam melaksanakan tugas operasi pemadaman terpenuhi, disamping itu demi untuk keselamatan dan perlindungan kepada masyarakat itu sendiri dari ancaman dan bahaya api yang yang berkobar.

    Bila kita bertanya, adakah orang yang menginginkan terjadinya musibah kebakaran ? Manusiawi, sesungguhnya setiap manusia tidak ada yang berkeinginan untuk mengalami musibah, tidak kecuali musibah kebakaran. Namun, sifat lalai, lupa, tergesa-gesa, kurang kontrol, tidak mawas diri, kurang cek-ricek peristiwa apapun bisa saja terjadi, termasuk peristiwa kebakaran. Namun besar atau kecilnya kerugian, tergantung kekuasaan Allah Jalla Jalalu. Karena Tuhan Maha Segalanya, karena dialah dapat memberikan pertolongan atau mempercepat suatu musibah.

    Dalam operasi pemadaman kebakaran, Satuan Tugas Pemadam Kebakaran (Satgas DAMKAR), tentu tidak dapat bekerja sendiri. Banyak unsur pemerintah dan lembaga sosial kemasyarakatan, termasuk lembaga nirlaba langsung maupun tidak langsung sangat diperlukan bantuannya, demi kelancaran dalam operasi pemadaman kebakaran. Semua unsur tersebut merupakan Sistem Integral Waktu Kebakaran (SIWAK). Peran semua unsur bagian integral dalam tugas kemanusiaan dalam pertolongan pemadaman kebakaran. Semuanya menginginkan masyarakat yang terkana musibah kebakaran mendapat pertolongan maksimal dan menyelamatan harta, benda dan manusia sehingga dapat mengurangi kerugian yang besar akibat kebakaran. Sistem integral waktu kebakaran tidak terbatas ruang, waktu dan batas wilayah. Pemadaman kebakaran merupakan panggilan jiwa demi kemanusiaan. Raungan sirene Mobil Pemadam Kebakaran bukan hanya simbol telah terjadi kebakaran, tapi juga bagian dari jiwa dengan semangat yang tinggi demi pertolongan kemanusiaan, yang namanya musibah kebakaran. Api yang berkobar……….

Tinggalkan Balasan ke fauzi Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *